Monday, February 9, 2015
Tuesday, January 27, 2015
ADIWIYATA DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita, hidup dan kehidupan
manusia tidak pernah terlepas dari pengaruh lingkungan. Tuntutan kebutuhan
hidup mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara
sesuai kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi, melainkan
memotivasi memberdayakannya melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Mempelajari lingkungan dalam kehidupan lebih banyak dipakai istilah
lingkungan hidup. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 pasal 1 ayat 1
mengartikan Lingkungan Hidup sebagai berikut:
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan ke semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya.
Rangkaian kata-kata yang telah diuraikan
dengan cukup jelas oleh para legislator negara kita mengenai Lingkungan
Hidup kita, dan semua manusia pastinya mengerti dan dapat memahami arti
dari pentingnya, manfaatnya, serta keseimbangan dari sistem lingkungan hidup
bahwa lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan
hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan alam, baik hayati
maupun non hayati, yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan
meningkatkan kesejahteraannya. Faktor penentu sumber daya alam adalah kebutuhan
manusia yang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Karena luasnya cakupan sumber
daya alam, maka disusun klasifikasi sumber daya alam, yang antara lain meliputi
sumber daya alam terbarui dan tak terbaru.
Lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada di alam dan diciptakan oleh
Tuhan. Ketampakan lingkungan alam di muka bumi berbeda-beda. Contoh lingkungan
alam yang ada di muka bumi, antara lain sungai, danau, laut, lembah, dan
gunung. Selain itu, ketampakan alam ada juga yang berupa dataran rendah,
pantai, laut, pegunungan, dan dataran tinggi.
Lingkungan buatan adalah segala sesuatu yang dibuat oleh manusia meliputi,
desa, kota besar dan kecil, pabrik, kantor, rumah, dan sebagainya, bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Contoh lingkungan buatan adalah
waduk, lahan pertanian, tambak, perkebunan, dan permukiman penduduk.
Beberapa kasus, masalah lingkungan buatan lebih sulit ditangani daripada
lingkungan alami.
Dalam pembangunan permukiman diperlukan keseimbangan dengan ekosistem, sehingga
tidak melebihi daya dukung lingkungan. Untuk itu diperlukan strategi
berdasarkan keberlanjutan. Dengan pendekatan ekologi dapat diharapkan dapat:
a. memperbaiki dan
menjamin penyediaan air bersih.
b. meminimumkan masalah
pembuangan limbah
c. mengurangi pengubahan lahan subur untuk pertanian menjadi lahan
permukiman dan membantu mempertahankan produktivitas lahan. d. mengembangkan pola
konservasi energi untuk keperluan hidup dan produksi barang e. memaksimumkan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia
f.
memadukan
pemeliharaan dan pelayanan permukiman dengan penyediaan lapangan pekerjaan,
pembangunan masyarakat, dan pendidikan.
Lingkungan alam dan lingkungan buatan juga dapat kamu temukan di sekolah. Coba,
kamu perhatikan uraian berikut. Dari halaman belakang sekolah terlihat bentuk
muka bumi yang menonjol tinggi dan besar di kejauhan adalah gunung dan sudah
ada sejak dahulu sebelum sekolah ini dibangun. Gunung termasuk lingkungan alam
yang ada di bumi. Pernahkah kamu melihat atau pergi ke gunung? Di sekitar
sekolah, juga ada parit yang dibuat oleh penjaga sekolah dengan dibantu
beberapa pekerja. Parit berguna untuk mengalirkan air bila terjadi hujan. Oleh
karenanya, halaman sekolah tidak pernah tergenang air. Parit termasuk
lingkungan buatan karena dibuat oleh manusia.
Belum ada definisi tentang lingkungan sosial budaya yang disepakati oleh para
ahli sosial, karena perbedaan wawasan masing-masing dalam memandang konsep
lingkungan sosial budaya. Untuk itu digunakan definisi kerja lingkungan sosial
budaya, yaitu lingkungan antar manusia yang meliputi pola-pola hubungan sosial
serta kaidah pendukungnya yang berlaku dalam suatu lingkungan spasial
(ruang); yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan pola-pola hubungan
sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya); dan oleh tingkat rasa
integrasi mereka yang berada di dalamnya.
Cara Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan
Lingkungan alam dan buatan harus dijaga dan dipelihara
dengan sebaik-baiknya. Lingkungan alam dan buatan yang dijaga kelestariannya
akan terus memberikan manfaat bagi manusia. Berikut beberapa cara dalam
memelihara lingkungan alam dan buatan yang ada di sekitar kita.
Tumbuh-tumbuhan yang hidup di hutan dan di pegunungan
dapat berfungsi untuk melestarikan air, udara, dan tanah. Akar tumbuhan dapat
berfungsi sebagai penahan air, sehingga tidak akan terjadi banjir dan erosi
pada saat hujan deras. Erosi dan banjir menyebabkan lapisan tanah paling atas
akan ikut hanyut. Padahal lapisan tanah paling atas adalah yang paling subur.
Hutan juga disebut dengan paru-paru dunia. Tumbuhan yang ada di hutan
menghasilkan oksigen dan menyerap karbon dioksida. Hal ini terjadi pada saat tumbuhan
melakukan proses fotosintesis. Oksigen diperlukan makhluk hidup untuk bernapas.
Setiap
makhluk hidup membutuhkan air. Manusia
membutuhkan air untuk minum, mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain. Air untuk
minum harus dimasak lebih dulu agar kuman-kumannya mati. Hewan memerlukan air untuk minum dan mandi. Tumbuhan memerlukan air untuk
pertumbuhan dan kesuburannya. Air merupakan karunia Tuhan yang harus dijaga
keberadaan dan kebersihannya. Air yang kotor atau tercemar tidak dapat
dimanfaatkan. Air yang kotor atau tercemar dapat membahayakan kehidupan
manusia, hewan, dan tumbuhan. Kelestarian air dapat dijaga dengan cara antara
lain:
1). tidak membuang sampah
di sungai atau saluran air
2). melakukan kegiatan
penghijuan atau penanaman pohon yang dapat berfungsi sebagai penahan dan
penyimpan air
3). menggunakan air
sesuai kebutuhan.
4).
Air bekas cucian dan mandi diusahakan tidak langsung meresap ke dalam tanah,
tetapi dialirkan ke saluran pembuangan.
Udara
sangat penting bagi kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup di bumi membutuhkan
udara. Manusia dan hewan memerlukan udara untuk berna-pas. Tanpa udara semua
makhluk hidup akan mati. Udara perlu dijaga kebersihan-nya. Asap pabrik dan
asap kendaraan bermotor dapat menyebabkan terjadinya pencemaran udara.
Pencemaran udara sama dengan polusi udara. Untuk mengurangi pencemaran udara,
pabrik-pabrik yang besar harus menggunakan cerobong asap. Udara yang bersih
baik untuk kesehatan badan. Untuk mengurangi terjadinya pencemaran udara
sebaiknya di kanan kiri jalan ditanami pohon. Kamu juga harus ikut serta dalam menjaga kebersihan udara.
c. Menjaga Kesuburan Tanah
Tanah merupakan tempat hidup bagi makhluk hidup. Semua
hasil pertanian, perkebunan, tambang, dan hasil bumi lainnya berasal dari
tanah. Tanah yang subur dapat menghasilkan tanaman yang baik. Tanah yang tandus
perlu diolah agar menjadi subur. Sampah dari daun baik untuk menyuburkan
tanah.Untuk menjaga kelestarian tanah tanamilah tanah kosong di sekitarmu agar
tidak menjadi tandus. Tanah harus diolah dengan pengairan dan pemupukan yang
benar. Kelestarian tanah juga dapat dilakukan dengan cara tidak membuang sampah
di sembarang tempat. Sampah harus dibuang di lokasi pembuangan yang semestinya.
Sampah yang kita buang umumnya terdiri atas sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup. Contoh
sampah organik adalah daun-daun, sisa-sisa makanan, dan sebagainya. Sampah
anorganik adalah sampah yang berasal dari benda tak hidup. Contoh sampah
anorganik antara lain kaleng, botol, dan plastik. Sampah organik dapat membusuk
dan terurai oleh bakteri atau jamur sehingga tidak berbahaya bagi lingkungan.
Sementara sampah anorganik tidak dapat terurai sehingga akan merusak
kelestarian tanah. Oleh karena pentingnya tanah, air, dan udara maka jagalah
kelestarian tanah, air, dan udara di sekitarmu. Hal ini bertujuan agar dapat
terus memberikan manfaat bagi kehidupan. Semua itu karunia Tuhan Yang Maha Esa.
2. Cara Memelihara Lingkungan Buatan
Kita sering mendengar “membangun itu lebih mudah daripada
memelihara”, memelihara tempat tinggal atau perkantoran dengan mengecat, menata
taman lebih indah, membersihkan setiap ruangan dan sekitar rumah sehingga rumah
atau kantor tampak indah dan nyaman. Memelihara tempat tinggal/kantor yang
dilakukan oleh setiap orang secara tidak langsung akan memelihara
lingkungan yang kita bangun bersama.
b. Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan yang bersih merupakan dambaan setiap orang.
Kebersihan lingkungan menjadi tanggung jawab setiap orang. Lingkungan yang
bersih akan mencegah berjangkitnya berbagai penyakit. Sering di lingkungan kita
diadakan kerja bakti kebersihan lingkungan, ada yang membersihkan saluran air,
ada yang mendorong gerobak sampah, ada yang mencangkul, meratakan tanah, dan
ada yang membersihkan rumput liar. Anak-anak juga ikut serta dalam kegiatan
kerja bakti tersebut, dengan mengumpulkan sampah dan membuangnya ke tempat
sampah. Ibu-ibu menyediakan makanan dan minuman untuk para warga. Sekarang
kompleks perumahan tersebut menjadi bersih dan asri. Kita harus selalu menjaga
lingkungan tempat tinggalmu agar selalu bersih dan sehat.
Tambak termasuk lingkungan buatan, karena secara sengaja
dibuat oleh manusia untuk memenuhi kehidupannya. Pemeliharaan tambak berarti
pula upaya menjaga lingkungan buatan. Pemeliharaan tambak meliputi persiapan
tambak, menjaga kebersihan air dan areal tambak, pemberian pakan yang cukup
pada ikan piaraan serta menjaga kesehatan ikan.
Perilaku Memelihara Lingkungan Alam dan Buatan
Lingkungan kita banyak dijumpai merupakan paduan
lingkungan alam dan buatan. Kalian semua tentu pernah melihat sungai, baik
sungai yang besar maupun sungai yang kecil. Sungai termasuk ketampakan alam.
Ada pula sungai yang sengaja dibuat untuk kebutuhan pencegah luapan banjir atau
untuk irigasi. Agar sungai selalu dapat dimanfaatkan oleh manusia, sungai harus
dijaga kelestarian dan kebersihannya. Contoh perilaku yang baik dalam
memelihara sungai adalah dengan tidak membuang sampah dan limbah ke sungai,
karena dapat mencemari dan mengotori sungai. Selain itu sampah yang dibuang di
sungai juga dapat menyebabkan terjadinya bencana banjir.
Selain sungai, ketampakan alam dan buatan yang harus
dijaga kelestarian-nya adalah hutan. Hutan ada yang alami dan ada yang buatan.
Hutan alami adalah hutan yang ada dengan sendirinya sebagai ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa. Hutan buatan adalah hutan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk
berbagai tujuan dan kepentingan hidupnya. Manfaat hutan yang paling utama
adalah sebagai tempat penyimpanan air serta mencegah terjadinya bencana banjir
dan tanah longsor. Oleh karena itu, kita tidak boleh merusak hutan. Hutan wajib
dijaga kelestariannya dengan cara tebang pilih (menebang pohon dengan cara
memilih pohon yang lebih tua dan siap untuk ditebang) dan reboisasi. Reboisasi
adalah penanaman kembali pohon-pohon di hutan. Sawah merupakan contoh
lingkungan buatan yang sengaja dibuat manusia. Petani menanam padi di sawah.
Dari menanam padi petani mendapatkan beras yang dimasak menjadi nasi sebagai
makanan pokok sehari-hari. Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal petani
harus mengolah lahan pertaniannya dengan baik, seperti penggunaan pupuk yang
benar, sistem pengairan yang baik, dan mengolah tanah dengan baik. Usaha-usaha
tersebut merupakan bentuk pemeliharan dan pelestarian lingkungan alam dan
buatan.
Peranan Manusia
Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
Sebagai makhluk hidup yang berada di muka bumi ini
keberadaan manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, dalam
arti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya.
Individu manusia tidak akan bisa eksis apabila ia hidup sendirian tanpa
berinteraksi dengan individu manusia lainnya. Dengan demikian, maka dalam
kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa akan terkait dengan interaksi
antara individu manusia, interaksi antar kelompok, kehidupan sosial
manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan
interaksi sosial, keberadaan institusi sosial atau lembaga kemasyarakatan, dan
berbagai hal yang timbul akibat berbagai aktivitas manusia seperti perubahan
sosial.
Dalam lingkungan sosial suatu masyarakat akan selalu
terjadi interaksi sosial. Dalam kegiatan interaksi sosial senantiasa berkaitan
dengan berbagai aktivitas, pengembangan yang dilakukan oleh umat manusia, serta
berbagai akibat yang ditimbulkan. Selain itu, juga terkait pula dengan
keberadaan kebudayaan, ekonomi, dan kehidupan kemasyarakatan lainnya.
Dalam ilmu sosial senantiasa mencoba mencari tahu tentang hakikat dan berbagai
sebab pola pikir serta tindakan manusia yang ada dalam kehidupan sehari-hari
pada masyarakat. Hal semacam itu senantiasa akan berhubungan dengan
keberadaan stratifikasi sosial (Sanderson, 1995:157). Secara sosial sebenarnya
manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial yang mempunyai kesempatan
sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam masyarakat. Artinya, bahwa setiap
manusia itu mempunyai hak, kewajiban, dan berkesempatan yang sama dalam
menguasai sesuatu, seperti: melakukan pekerjaan, memperoleh pendidikan atau
mencari ilmu pengetahuan, berperan dalam kehidupan masyarakat, bertangung jawab
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, serta berbagai aktivitas ekonomi,
politik, dan bahkan beragama.
Namun demikian, kenyataannya setiap individu dan atau sekelompok individu tidak
dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya masing-masing
individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Hal itu
disebabkan oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut seperti
kondisi ekonomi, sosial, politik, budaya, dan bahkan individu atau sekelompok
manusia itu sendiri. Dengan demikian, akan dapat dijumpai individu atau
sekelompok individu yang mempunyai fungsi, peran, dan tanggung jawab yang
berbeda. Pada kondisi demikian itu, mulai tampak adanya beberapa kelompok atau
golongan tertentu dalam kehidupan masyarakat tersebut. Pada saat itulah muncul
adanya kelas/golongan masyarakat tertentu. Dengan kata lain, stratifikasi
sosial mulai tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.
C. Peranan Manusia dalam Perubahan Sosial
Menurut Beyer (1997:97-98) perubahan sosial bisa terjadi
global-universal, asumsi-asumsi yang mendasari terjadinya perubahan kehidupan
manusia yang bersifat global-universal adalah karena kehidupan dalam masyarakat
terkait dengan pergerakan sosial (social movement) dari para pemimpin,
organisasi yang dianut, dan para pengikutnya. Dengan mendunianya berbagai
ajaran dan kehidupan sosial masyarakat menjadikan kehidupan masyarakat tidak
bisa hanya dipahami secara tradisional-partikular, tetapi menuntut kajian
global-prinsipal yang bersifat universal, seperti ia katakan berikut:
Secara mendasar pergerakan dan perubahan terhadap pelaksanaan kehidupan suatu
masyarakat senantiasa terkait, mengikuti atau nginthil (persistent)
terhadap berbagai peristiwa pergerakan sosial, yang mana pergerakan itu
berdampak terhadap pola kehidupan sosial-budaya dan keagamaan di permukaan bumi
di seluruh dunia dewasa ini.
Pendapat yang berargumen global-universalisasi kehidupan sosial budaya ini
berasumsi bahwa ideologi dan kondisi politik yang melanda suatu masyarakat
dapat mendorong pluralnya suatu keyakinan dalam kehidupan masyarakat. Dalam
studinya di Amerika Latin, Drougus menemukan bahwa akibat pengaruh ideologi di
era berkembangnya liberalisme yang melanda negara-negara Amerika Latin
menjadikan masyarakat Katolik yang bercirikan wilayah pertanian di negara
tersebut terplurarisasi menjadi tiga sekte, yakni golongan rationale popular
Catholic yang berpandangan rasional, renewed traditionale Catholic
yang berpandangan tradisional, dan renewed popular Catholic yang
berpandangan liberalis (Drougus, 2000:263).
Menurut Drougus bahwa globalisasi ideologi atau politik di Amerika Latin
memberi pengaruh kepada variasi kehidupan masyarakat yang terkait pula terhadap
pola kehidupan sehari-hari. Di mana masing-masing kelompok masyarakat tersebut
menjalankan kehidupannya sesuai dengan rasionalitas, kondisi wilayah, dan
keyakinannya sendiri. Kelompok rasionalis menjalankan kehidupannya cenderung
pada konsep rasional (pragmatis) sehingga kelompok ini lebih terbuka pada
"pembaharuan" kehidupan sosial budayanya. Hal ini berbeda secara
diametral dengan kelompok tradisionalis yang cenderung tertutup bagi
pembaharuan. Kelompok ini dalam menjalankan kehidupannya cenderung ortodoks dan
pada "penyesuaian" terhadap kehidupan tradisi kedaerahan. Sedangkan
kelompok liberalis dalam menjalankan kehidupannya cenderung terbuka dan agak
bebas bagi suatu pembaharuan, hal ini karena pengaruh kuat dari ideologi
liberal yang melanda Amerika Latin. Dengan kata lain, pola pengelompokan
kehidupan masyarakat di negara itu didasarkan atas "rasionalitas"
dalam menjalankan kehidupan sosial budayanya.
Sementara itu, Majid (2000) berasumsi bahwa menggelobalnya kehidupan umat
manusia di dunia ini adalah akibat pengaruh jaman teknologi (technical age)
yang telah meramba berbagai negara di seluruh penjuru dunia. Teori globalisasi
"jaman teknologi" ini diadopsi Majid dari konsep modernisasi Lucian
W. Pey di dalamnya mengandung unsur-unsur budaya dan pengalaman barat. Tesisnya
adalah jika kemajuan teknologi itu datangnya dari Mesir atau Timur Tengah, maka
jaman teknologi (modernisasi) itu tentu ala Mesir atau Timur Tengah dan bukan
barat, karenanya jangan salahkan barat.
Akibat kemajuan teknologi yang bersumber dari barat, maka umat manusia tidak
lagi dihadapkan kepada permasalahan kulturalnya sendiri secara terpisah dan
berkembang secara otonomi dari yang lain, tetapi terdorong menuju masyarakat
jagat (global) terdiri dari berbagai bangsa yang erat berhubungan satu sama
lain. Penggunaan sepenuhnya teknologi di suatu bagian dunia (Barat) tidak lagi
dapat dibatasi pengaruhnya hanya kepada tempat itu sendiri saja, tetapi
merambah ke seluruh muka bumi, meliputi seluruh budaya manusia tanpa dapat
dihindari sama sekali (Majid, 2000:453).
Kemajuan teknologi barat yang pesat merupakan faktor kunci penyebab tak dapat
dihindarinya bagi menggelobalnya kehidupan manusia. Karena kemajuan teknologi
terkait langsung dengan pola kehidupan kemanusiaan. Sehingga teknologi tak
harus dihindari, akan tetapi harus disikapi sebagai berkah demi perbaikan dan
kemajuan kehidupan. Itu berarti kehidupan sosial, budaya harus dapat diadopsi
secara kreatif. Seperti tesis etika Protestan dari Weber dan tesis kreativitas
kehidupan sosial, budaya, dan keagamaan dari Bellah, Geertz, serta Gran.
Contohnya seperti pada kasus bangsa Jepang dengan Tokugawanya dan Turki dengan
Islam modernnya.
Namun demikian, dijumpai pula bahwa perubahan kehidupan
suatu masyarakat itu sebenarnya adalah akibat pengaruh atau senantiasa
berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya (secara lokal). Para ilmuwan yang
berpandangan demikian ini antara lain Waldman (2001) dalam karyanya
Pikiran Primitif-Pikiran Modern. Ia menolak teori perubahan global-universal.
Asumsinya bahwa kehidupan sosial dan budaya masyarakat berkembang sesuai
dengan karakternya (yang ada di dalam) dan mengadaptasi atau bahkan
"menolak" apa yang datang dari luar. Evolusi yang bersifat
"mempertahankan diri" dalam kehidupan adalah sejalan dengan tata
nilai yang ada.
Bagaimanapun kehidupan masyarakat dapat dijelaskan oleh
semua perubahan budaya dan dengan materinya yang luas, sehingga dapat melihat
pengaruhnya terhadap konstruksi dan perubahan sosial yang lebih obyektif.
Karenanya perkembangannya tidak hanya bersifat involusioner tetapi juga
evolusioner, karena ia terkait dengan adaptasi terhadap budaya lain. Walaupun
demikian, tradisi kehidupan lokal lebih dipertahankan (Waldman, 2001:130-132).
Dinamika sosial dan budaya berimplikasi secara involusioner yang
mengekspresikan serta membentuk dunia di mana manusia itu hidup, bersifat
lokal, dan sejalan dengan karakter daerahnya (Geertz, 1974:87. Geertz juga
menjelaskan bahwa jika disimak lebih mendalam kekomplekan fenomena kehidupan
dalam masyarakat walaupun tampak semakin modern dan mendunia, tetapi ia
sejalan dengan perkembangan kehidupan budayanya yang involutif (terjadi proses penjlimetan)
sejalan dengan kondisi wilayahnya, karena ia merupakan limpahan kepercayaan
yang bersifat isolatif. Yang tampak bahwa taraf perkembangan sistem-sistem
kehidupan masyarakat yang bersifat njlimet walau amat bervariasi, dan tidak
semata-mata berdasarkan pada suatu basis evolusioner sederhana. Sehingga dalam
satu masyarakat, tarap penjelasan simbolik tentang aktualitas akhir bisa
mencapai taraf kompleksitas dan uraian sistematis yang luar biasa.
Dalam kehidupan masyarakat Jawa misalnya, walau secara
sosial masyarakat tersebut senantiasa berkembang, namun perumusannya tetap
tinggal primitif (dalam arti sesungguhnya), hampir tak lebih daripada
tumpukan tradisi (kepercayaan) awal yang fragmentaris dan berupa gambaran yang
terisolasi dengan dunia lain (Geertz, 1992:48).
Kuntowijayo (2001) berasumsi bahwa kehidupan masyarakat bergerak dari
"dalam" aturan menuju "keluar" kepada pola kehidupan
perubahan atau pergerakan sosial-budaya yang menggelobal atau mendunia. Dengan
demikian, maka kehidupan masyarakat yang lokal-partikular tidak sekedar
mempertahankan diri dari serangan global-universal, tetapi justru ia berupaya
mempengaruhi secara kreatif terhadap sosial-budaya di dunia luar yang
menggelobal itu. Pandangan ini berbeda secara diametral dari pandangan para
materialisme Marxisme yang menganggap bahwa materi, yang berada "di
luar" itu menentukan atau mempe-ngaruhi yang ada "di dalam"
(aturan atau ajaran). Dengan kata lain, struktur menentukan suprastruktur.
Perubahan itu dapat mempengaruhi perubahan sosial maupun kultural.
Kegiatan kehidupan masyarakat berhubungan dengan keterkaitan, solida-ritas,
serta kegiatan individu dalam masyarakat yang terpusat pada simbol-simbol yang
dianut dan sejalan dengan keberadaan kontek daerahnya. Karena ia terkait dengan "makna" individu sendiri. Sehingga
kehidupan masyarakat berkembang dari pengaruh makna yang ada pada masing-masing
individu dan masyarakat di sekitar lingkungannya, bukan masyarakat yang ada di
luar lingkungan kehidupannya. Di sini lingkungan geografik sangat menentukan
dan memberi pengaruh terhadap kehidupan individu dan kelompok masyarakat
tertentu. Karenanya terkait dengan bagaimana individu dan kelompok mengidentifikasi
diri mereka sendiri di dunia (dalam hubungannya satu sama lain dan hubungannya
dengan kondisi-kondisi sosial, budaya, dan alam dari keberadaannya) terutama
dalam acuan perubahan dalam kebudayaan, norma, nilai, dan pranata yang terjadi
di sekitarnya. Dengan demikian, berubahnya suatu masyarakat tergantung pada
bagaimana individu-individu tersebut berubah sejalan dengan kondisi lingkungan
yang ada di sekitarnya. Perubahan itu
antara lain dalam bentuk sebagai berikut.
1. Berkembang sesuai karakternya, mengadaptasi dan atau menolak yang datang
dari luar, berubah secara evolutif yang bersifat "mempertahankan
diri" sejalan dengan tata nilai yang ada (Waldman, 2001).
2. Bergerak secara involusioner, mengekspresikan serta membentuk dunia
di mana manusia itu hidup, dan sejalan fenomena sosial budaya yang bersifat
lokal (Geertz, 1974).
3. Bergerak dari "dalam" menuju "keluar", bahwa
suatu kehidupan lokal-partikular secara kreatif mempengaruhi sosial-budaya yang
ada di luar (Kuntowijayo, 2001; Zahar and Marshal, 2001; Toprak, 1999).
4. Pergerakannya berhubungan dengan keterkaitan,
solidaritas, serta kegiatan individu dan masyarakat yang terpusat pada simbol
kehidupan yang dianut (Robertson, 1995; Kuntowijoyo, 2001).
Peranan Manusia dalam Permasalahan Sosial
Salah satu permasalahan sosial yang terkait langsung
dengan pertumbuhan penduduk yang paling menonjol adalah terjadinya peledakan
penduduk, penyebaran penduduk yang tidak merata, dan pada akhirnya terjadinya
kemiskinan. Hal semacam itu terjadi karena ledakan penduduk yang terjadi pada
wilayah tertentu, sehingga kapasitas kewilayahan tidak seimbang dengan jumlah
penduduk. Dengan kata lain, daya dukung wilayah tidak mampu menampung
keberadaan penduduk. Faktor-faktor yang membuat terjadinya kemiskinan menurut
Soekanto (1990) antara lain sebagai berikut.
1. Karena kegagalan
mereka untuk dapat memperoleh kesempatan menguasai sesuatu yang lebih dari yang
sekarang mereka miliki.
2. Kegagalan untuk
memperoleh kesempatan menguasai tersebut adalah akibat dari adanya
ketidakadilan yang dirasakan.
3. Karena seseorang merasa tidak cukup terhadap apa yang dimiliki sekarang.
4. Karena tidak atau
kurang adanya pembagian kekayaan yang merata di antara individu atau kelompok
manusia yang ada dalam kehidupan masyarakat.
5. Tidak adanya kesempatan kerja atau kegagalan dalam mencari pekerjaan,
sehingga mereka menjadi tuna karya dan atau tuna susila.
Menurut McHale (1970) yang menyebabkan ketidakberuntungan secara ekonomi bagi
seseorang atau sekelompok orang adalah kebutuhan hidup manusia yang tidak atau
kurang terpenuhi. Kebutuhan yang tidak/kurang terpenuhi itu meliputi:
1. Untuk memenuhi
kekurangan (deficiency needs) yang diperlukan untuk mencapai tingkat
tertentu tak tercapai.
2. Keperluan untuk
mempertahankan satu tingkat tertentu yang dianggap perlu tapi tidak terpenuhi.
3. Keperluan untuk
berkembang (growth needs).
Keperluan untuk masing-masing individu untuk mengembangkan dirinya pada tingkat
tertentu tidak terpenuhi atau tidak kesampaian.
Menurut
Baldwin dan Meier setidaknya ada enam aspek ekonomi yang dapat digunakan untuk
mengukur ketidak beruntungan (kemiskinan) seseorang atau sekelompok
orang/masyarakat, yaitu:
1. Suatu negara atau
masyarakat yang hanya mampu memproduksi barang-barang primer seperti kayu
glondong, berbagai hasil pertanian dan perkebunan yang masih mentah dan belum
diolah.
2.
Adanya
pertambahan penduduk yang tinggi seperti angka kelahiran yang tinggi, penduduk
yang berpendidikan dan berketerampilan rendah, dan penduduk yang padat.
3. Sumberdaya alam yang
belum banyak diolah, karena keterampilan penduduk yang rendah.
4. Pendapatan penduduk yang masih rendah.
5. Kekurangan kapital atau modal untuk usaha atau pembangunan.
6. Ekspor barang atau penjualan barang yang masih rendah.
Menurut Laeyendeker, berbagai faktor yang mengakibatkan seseorang petani
menjadi miskin antara lain sebagai berikut (Amaludin, 1987):
1. Mereka yang memiliki atau menguasai alat-alat produksi adalah tergolong
sebagai petani yang kaya. Sedangkan mereka yang tidak memiliki atau tidak dapat
menguasai alat-alat produksi adalah sebagai petani miskin.
2. Mereka yang menguasai nilai lebih secara langsung tergolong sebagai petani
yang kaya. Sedangkan mereka tidak menguasai nilai lebih secara langsung adalah
sebagai petani miskin.
3. Mereka yang sejak
semula menjadi kaum miskin (kaum miskin murni). Mereka itu seperti kaum buruh
tani dan kaum pengusaha kecil yang memang miskin, karena tidak adanya kecukupan
pada kebiatan usahanya atau kerjanya itu.
Menurut Harris (1991) berbagai faktor yang menyebabkan
kemiskinan/ketidakberuntungan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Eksploitasi terhadap sumberdaya alam yang ada di pedesaan tidak atau kurang
menguntungkan secara ekonomi bagi para penduduk.
2. Kekurangberhasilan pembangunan dan investasi di pedesaan yang tidak
menyertakan para ahli secara lintas sektoral, karena yang dibutuhkan tidak
hanya ahli ekonomi saja.
3. Birokrasi pemerintahan yang terlalu panjang dan berbelit ketika adanya
investasi di pedesaan dan banyaknya biaya ektra hingga tidak mengefisiensikan
investasi yang dilakukan
4. Pertumbuhan yang tidak konsisten yang terjadi di pedesaan, sehingga petani
senantiasa menghadapi hal yang tidak pasti dalam menjalankan dan terutama
menjual produksi.
E. Peranan Manusia dalam Perubahan Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (social stratification), sering juga disebut sebagai
kelas-kelas sosial, merupakan bagian kajian yang sangat penting dalam ilmu
Sosial khususnya Sosiologi. Hal itu karena, dalam kenyataan kehidupan
sehari-hari pada suatu masyarakat bagaimanapun bentuknya, dari kehidupan
masyarakat sederhana (yang masih tradisional) sampai dengan masyarakat yang
kompleks (yang modern), akan dijumpai stratifikasi sosial. Selanjutnya, ilmu
sosial, lebih khususnya sosiologi, merupakan ilmu yang mengkaji secara ilmiah
tentang kehidupan sosial manusia dan berbagai interaksi yang dilakukan oleh
manusia.
Berbagai fakta empirik menunjukkan bahwa dalam suatu kelompok kehidupan
masyarakat (secara ekstrim) pasti ada yang menjadi pemimpin (baik sebagai
pemimpin formal maupun informal) dan ada yang dipimpin. Ada orang yang kaya dan
orang yang miskin. Ada yang menjadi tokoh ada yang menjadi orang biasa. Ada
yang ber-pendidikan tinggi dan ada yang berpendidikan rendah, dan begitu
seterusnya. Hal itu merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Kenyataan keadaan masyarakat yang berjenjang dan berkelas-kelas secara sosial
itu sering dinamai strati-fikasi sosial.
Peranan Manusia dalam Interaksi Sosial-Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa interaksi antara manusia dengan manusia dan antara
manusia dengan alam itu merupakan kodrat manusia. Karena mereka senantiasa
hidup dalam alam untuk beraktivitas dan memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai makhluk sosial
senantiasa terkait dengan lingkungan alam sekitarnya.
Sebagai makhluk sosial juga, manusia senantiasa melakukan
interaksi sesamanya yang senantiasa pula dibatasi oleh ruang dan waktu serta
kewilayahan dan kelingkungan yang ada di
sekitarnya. Dengan
begitu, aktivitas manusia senantiasa terpola dalam suatu kelompok sosial dan
kehidupan masyarakat dalam kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan. Hal
semacam itu bisa terpola dalam keruangan dan kewilayahan seperti adanya
kelompok Masyarakat Kota dan Masyarakat Desa. Kedua kelompok
masyarakat itu mempunyai karakter terkait de-ngan ciri dan tipenya dalam kajian
keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan. Selanjutnya juga akan terkait dengan
keberadaan institusi sosial atau lembaga masyarakat dalam kajian keruangan,
kewilayahan, dan kelingkungan.
Kehidupan kebudayaan dalam suatu masyarakat senantiasa
terkait dengan kondisi keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan yang ada
disekitarnya. Sehingga masing-masing masyarakat biasanya memiliki karakter
kehidupan kebudayaan dan kemayarakatan yang beragam. Demikian halnya dalam hal
kehidupan berbagai lapisan masyarakat (stratifikasi sosial) yang ada, didalam
senantiasa terkait dengan kajian keruangan, kewilayahan, dan kelingkungan.
G. Peranan Manusia dalam Kegiatan Ekonomi
Kenyataannya tidak demikian, di mana setiap individu dan atau sekelompok
manusia tidak dapat menguasai berbagai hal seperti tersebut secara setara atau
sama. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor
tersebut disesuaikan dengan kondisi individu atau sekelompok manusia itu
sendiri dan kondisi lingkungan serta sumberdaya alam yang ada di sekitarnya.
Sehingga dijumpai individu atau sekelompok individu yang tidak mampu atau tidak
berkesempatan menguasai beberapa aspek yang terkait dengan hidup dan kehidupannya.
Di lain fihak, sebagian diantara orang atau sekelompok orang menguasai
berlebihan tentang barang dan modal (sumberdaya alam) untuk aktivitas ekonomi.
Hal itu antara lain karena secara geografik mereka berada pada wilayah, lingkungan,
dan keruangan yang lebih menguntungkan.
Dalam
kegiatan ekonomi mengarah pada kajian tingkah laku manusia dalam hidupnya
bermasyarakat, khususnya terkait dengan upaya memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Aktivitas sehari-hari itu antara lain berupa petani pergi ke sawah
melakukan kegiatan bercocok tanam, pekerja dan karyawan pergi ke kantor atau ke
pabrik untuk bekerja, pedagang sibuk dan atau pergi ke pasar untuk berdagang,
pegawai pergi ke kantor atau bank untuk dinas, dan begitu banyak kegiatan lain
yang dilakukan oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari lainnya. Berbagai
aktivitas manusia tersebut sebenarnya merupakan berbagai kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Aktivitas kegiatan semacam itu
biasanya disebut sebagai aktivitas ekonomi. Dengan demikian, maka ekonomi dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari kegiatan manusia sehari-hari dalam
usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berbagai aktivitas manusia tersebut pasti melakukan hubungan atau interaksi
antar manusia. Dalam arti bahwa permasalahan ekonomi tidak terlepas dari
mempelajari kegiatan manusia dalam hubungannya dengan manusia lainnya pada
suatu masyarakat (Pinch, 1988). Dengan demikian, ilmu ekonomi dapat disebut
sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari pada suatu masyarakat, khususnya terkait dengan upaya
memenuhi kebutuhannya sehari-hari (Mubyarto, 1973; Wahid, 1976; Irawan dan
Suparmoko, 1979).
Setiap
manusia mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan beraktivitas ekonomi yang sama
untuk menguasai sesuatu. Penguasan sesuatu tersebut seperti terkait dengan
kegiatan melakukan pekerjaan, berperan dalam kehidupan masyarakat, bertangung
jawab dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, serta berbagai aktivitas sosial,
budaya, politik, dan bahkan beragama.
Pada
satu sisi, fakta menunjukkan bahwa setiap individu dan atau sekelompok manusia
tidak dapat menguasai aspek kebutuhan (aspek ekonomi) secara sama. Hal ini
karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang melingkupinya. Faktor tersebut
seperti:
1) kondisi individu atau sekelompok manusia itu sendiri yang
memang tidak sanggup untuk dapat menguasainya,
2) kondisi lingkungan,
3) kondisi sumberdaya alam yang ada di sekitarnya yang
memang kurang atau tidak bersahabat.
Akibat dari ketiga faktor tersebut maka dijumpai individu
atau sekelompok individu yang tidak mampu atau tidak berkesempatan menguasi
beberapa aspek yang terkait dengan kebutuhan hidup dan kehidupannya.
Pada
sisi lain, ada sebagian diantara orang atau sekelompok orang yang mampu
menguasai secara berlebihan tentang barang dan modal (seperti sumberdaya alam)
untuk aktivitas ekonomi. Karenanya mereka biasa disebut orang kaya. Hal itu
mungkin karena secara geografik mereka berada pada wilayah, lingkungan, dan
keruangan yang lebih menguntungkan.
Peranan Manusia dalam Mobilitas Sosial
Menurut Manning (1983) berbagai faktor yang memberi pengaruh pada keberadaan
tenaga kerja dan mobilitas sosial penduduk adalah: partisipasi penduduk atau masyarakat,
komposisi umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas migrasi,
keterampilan dan jenis pekerjaannya, jenis usaha yang dilakukannya, kesempatan
kerja yang ada/ didapatkannya, modal yang dapat dikuasai, tingkat pendapatannya,
berbagai jaringan yang dapat diakses, kesempatan bertumbuh dan perluasan
usaha atau pekerjaannya.
Berdasarkan atas kondisi tenaga kerja dan mobilitas yang ada dalam kehidupan
masyarakat, konsekuensi yang dapat ditumbulkan akibat dari permasalahan tenaga
kerja antara lain: Terjadinya kemiskinan apabila tenaga kerja yang tersedia
banyak namun lowongan kerja sedikit. Dengan kata lain, harus adanya upaya
pencetakan lapangan kerja; Kualitas tenaga kerja yang rendah hal ini terjadi
bila banyak tenaga kerja yang kurang terampil. Dengan kata lain, harus adanya
upaya pelatihan keterampilan tenaga kerja yang memadai. Upaya peningkatan
pertumbuhan ekonomi yang disertai peningkatan keterampilan tenaga kerja dan
disertai dengan turunnya pertumbuhan penduduk. Sehingga pendapatan perkapitan
penduduk meningkat; Menciptakan hubungan yang harmonis dengan kajian bahwa
secara hitorik pekerja (buruh) dengan juragan (pemilik perusahaan) sebenarnya
dapat hidup secara berdampingan sehingga bukan merupakan masalah sosial.
Rangkuman
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan ke semua benda, daya, keadaan,
dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lainnya. Lingkungan hidup merupakan suatu sistem yang meliputi lingkungan
hayati, lingkungan non hayati, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.
Sumber daya alam adalah unsur lingkungan alam, baik hayati maupun non hayati,
yang diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan
kesejahteraannya. Faktor penentu sumber daya alam adalah kebutuhan manusia yang
dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Karena luasnya cakupan sumber daya alam,
maka disusun klasifikasi sumber daya alam, yang antara lain meliputi sumber
daya alam terbarui dan tak terbarui.
Permasalahan
1.Adiwiyata bukanlah materi yang harus
dijejalkan dalam workshop-workshop atau materi yang disampaikan kepada para siswa, akan tetapi adiwita adalah
suatu gerakan penanaman hidup peduli lingkungan yang terus-menerus sehingga tercipta
kondisi peduli lingkungan bagi semua
lapisan masyarakat/lingkungan.
2. Dengan terciptanya kondisi peduli
lingkungan di suatu Lembaga pendidikan maka penilaian Adiwiyata tingkat
Mandiri, Propinsi, atau sampai tingkat Nasional bukan hal yang sulit lagi bagi
lembaga tersebut.
3. Masih banyak lembaga yang sadar lingkungan
setelah ada penilaian adiwiyata dari Team-tean penilai., ini sangat
disayangkan, sehinggan fungsi gerakan peduli lingkungann untuk m,embentuk
karakter siswa, guru, karyawan untuk bersikap peduli lingkungan tidak berhasil.